Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Budaya Literasi di Indonesia Saat Ini

     Kondisi minat baca bangsa Indonesia memang cukup memprihatinkan. Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Uni versity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Padahal, dari segi penilaian infrastruktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.      Perpustakaan sepi penunjung, taman bacaan sepi peminat, yang akhirnya berefek pada lesunya minat menulis dan membuat dunia literasi di Indonesia menjadi buram. Bahkan, di Indonesia, dari 1000 orang hanya ada 1 orang yang minat membaca. Hal tersebut tentu sangat mengkhawatirkan bagi bangsa Indonesia.      Di era digital seperti sekarang ini, ada banyak aplikasi untuk membaca yang dapat dengan mudah kita gunakan. Dengan begitu, kita sebenarnya bisa membaca apapun, kapanpun, dan di manapun. Tetapi, sebagian besar masyarakat Indone...

Cerpen "Harfiah Nama"

           Banyak orang berkata bahwa nama merupakan doa yang diberikan oleh kedua orang tua untuk anaknya. Saat anaknya terlahir ke dunia, orang tua pasti memberikan nama untuk bayi mungilnya dengan nama-nama terpilih dan memiliki arti yang baik.      Begitu pun dengan sosok orang tua yang telah memberikannya nama ‘Lashira’. Arti dari nama 'Lashira' yaitu sangat cerdas. Banyak anak lain yang memakai nama tersebut. Tetapi, nama ‘Lashira’ sepertinya tidak cocok untuk seorang siswi yang selalu mendapat nilai jelek, hampir tidak naik kelas, dan memiliki kecerdasan di bawah rata-rata seperti seorang Lashira Alifiana Leora. Bahkan, para guru di sekolahnya pun sudah jenuh melihat daftar nilainya yang sedari dulu tidak pernah ada perkembangan. Rapornya selalu saja dipenuhi warna merah. Padahal Lashira termasuk anak yang rajin datang ke sekolah. Dan untungnya saja daftar kehadirannya itu mampu membantu Lashira supaya naik kelas. Jika tidak, ...

Gersang

Sepanjang perjalanan yang kulalui Tak kulihat lagi pepohonan hijau yang rimbun Semua telah ditebas Diganti dengan bangunan menjulang tinggi Tak ada lagi perkebunan Tak ada lagi warna hijau yang menyegarkan mata Tak ada lagi suasana sejuk yang terasa Semua itu telah tandas Musnah oleh pihak yang tidak bertanggungjawab Anak cucu kita nanti tidak akan tahu tumbuh-tumbuhan Yang mereka tahu, Gedung-gedung pencakar langit dan tanah tandus Pun mereka tak kan pernah tahu, Bahwasanya dulu kota ini asri  Kini Banjir di mana-mana Kekeringan pun melanda kala musim kemarau Siapa yang akan disalahkan? Mereka? Kau? Aku? Ataukah kami semua?

Sang Penyendiri

Termenung aku di bangku taman kota Sendiri dalam keramaian Hanya ditemani oleh semilir angin  Memandangi kumpulan manusia yang saling berinteraksi satu sama lain Mereka berkelompok, Aku sendiri. Mereka tak ada henti-hentinya berbicara, Aku diam. Aku bagaikan seekor bangau yang dikelilingi oleh kumpulan burung unta Ingin aku terbang, pergi dari sini Tempat ini terlalu sesak bagiku Aku mau menyendiri