Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Penulis

Pena dan kertas bercengkerama Jemari tangan menari-nari Menimbulkan gesekan, menciptakan melodi abstrak Secangkir kopi yang tinggal setengah, Berubah dingin Terabaikan oleh pintu-pintu ide yang terbuka lebar Kalimat dan paragraf tersusun rapi Tinta hitam terukir di atas kertas putih Bersatu padu menjadi gubahan, Karya fisik yang estetika Puisi ; prosa, atau apa?

Candala

Hey, apa dia perlu suryakanta? Kan kubandingkan antara otak dan mulutnya Besar cakap, besar kepala Si tebal muka menganggap lainnya nista Butuhkah cermin? Di lemariku tersedia cermin datar, cembung, dan cekung Mau yang mana? Silakan ambil, nona

Sesak

Rajutan amarah tumpah ruah Gadis kecil mengesah Tak paham apa yang sedang disaksikannya Terbelangah melihat sebuah tangan melayang di pipi ibunya Sedu sedan tak mampu lagi ditahan Titik air mata luruh Mengoyak-ngoyak hati yang masih bersih nan polos Pecah kaca tak mampu menyarukan jeritan ibu Debar jantung berpacu seperti seekor kuda di lintasan balapan Cukup! Itu sakit! Sudahkah hilang nuraninya? Hingga sebegitu teganya Wajahnya yang dulu maskulin kini berbingkai oleh perangai iblis Cinta yang dulunya mengangkasa Terjun bebas ke dasar laut

Mulut Dunia

Hiruk pikuk mulai menyelimuti, Berselubung dalam gendang telinga yang terdengar oleh dunia, Tenang sudah mulai terkecohkan, Damai sudah mulai teririskan, Bungkam suasana hati. Kicau kicauan mulut dunia terdengar oleh telinga langit, Menulikan telinga lebih baik dari pada duduk bersila mendengar ocehan mereka, Cekikikan Pekikan Dan ocehan Basi!! Geram dengan suram, Ingin rasanya kututup telinga, Kupejam mata, Ku buat diam mulut mereka! Aku bagaikan angin yang inginkan kesejukan, Bukan ocehan! Berdamai dalam sepi, Berdiam dalam keramaian, Tenggelam bersama angan yang berkecamuk, Dan nyata dalam harapan!

Amplop Merah Muda

Aku sengaja menuliskan sajak untukmu dan akan kusampaikan padamu melalui amplop merah muda yang kutaruh di laci mejamu. Kau tak perlu tahu siapa pengirimnya. Kau hanya perlu tahu isi surat yang kutulis khusus untukmu itu. Cukup kaubaca saja. Itupun jika kau mau. Terserah saja mau kau apakan selanjutnya. Kalau kau membacanya, aku bersyukur. Namun jika enggan kaubaca pun tidak masalah bagiku. Yang penting aku sudah mengutarakan semuanya kepadamu. Surat anonim terbungkus amplop merah muda itu dari aku, si penyuka kupu-kupu.