Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Seri : Keberanian dan Ketakutan #2

Prima Prima, mahasiswi jurusan Sastra Indonesia yang sangat mencintai dunia kepenulisan. Menulis adalah kegemarannya. Menjadi seorang penulis adalah cita-citanya. Menerbitkan buku adalah impiannya. Prima terhitung sudah tiga kali mencoba peruntungan dengan menyerahkan naskah novelnya untuk diterbitkan. Namun hasilnya mengecewakan. Semua penerbit yang didatanginya menolak untuk menerbitkan karya Prima. Prima bingung dan tidak tahu lagi harus berbuat apa. Tiga kali berturut-turut naskahnya ditolak oleh penerbit yang berbeda. Sejak saat itu, Prima memutuskan untuk berhenti menulis sejenak. Dia putus asa. Mungkin dia tidak akan pernah bisa menjadi seorang penulis besar. Mungkin impiannya tidak akan pernah terwujud. Sampai pada akhirnya, semua asumsinya ternyata salah. Setahun kemudian, karya pertamanya berhasil terbit dan telah bertengger di toko buku. Bahkan, bukunya laris di pasaran dan menjadi karya best seller . Pencapainnya yang sekarang ini sungguh tidak terduga. Dulu dia per...

Seri : Keberanian dan Ketakutan #1

Astra Siapa sangka seseorang yang semasa SMA dikenal sangat pemalu kini bisa menjadi ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) di universitasnya. Astra, cewek berkacamata dan kutu buku itu saat ini menjabat sebagai ketua BEM universitas.  Kilas balik, Astra dulu hanyalah seorang siswi yang penyendiri dan tidak pernah menjadi bahan sorotan di sekolah. Astra merupakan orang yang super pemalu . Dia selalu menundukkan kepalanya dan tidak pernah berani menatap mata lawan bicaranya. Bahkan, ketika Astra diharuskan untuk presentasi di depan kelas, tubuhnya mati-matian menahan rasa grogi yang sangat besar. Berhadapan dengan orang banyak baginya adalah suatu bencana. Setelah lulus sekolah, Astra bertekad dan meyakini dirinya sendiri bahwa ia harus berubah ke arah yang lebih baik. Dia harus bisa belajar bersosialisasi. Maka dari itu, saat awal masuk kuliah Astra mencoba terbuka dengan orang lain yang kemudian Astra mendapat banyak teman baru. Astra juga mencoba untuk ikut organisas...

Miracle

One day, a girl named Claire has fallen in love with a man which is she never know his name. Claire usually calls him " Mira cle ". He came while Claire is standing on the rooftop of tower to end up her life. Mirac le saved Claire's life. He pulled Claire's hand strongly. After what he did, Claire was mad to him. Claire cried in front of him. Mirac le couldn't let Claire to sad. He tried to calm Claire and hugged Claire. Claire didn't understand why he did it. A stranger man hugged her and saved her life? However, Claire thanks to him. Claire almost do something that is out of logic and crazy. "Thank you, you saved my life." "God sent me to help you. Don't ever think to do that again." He smiled and Claire realized that his smile give her something that she also doesn't know what kind of feel is this. And then, he leave​ her alone with a head full of mind. Claire didn't love him, did she? That's impossible, she thinks. ...

Cerpen "Karena Waktu"

      Fazri tergesa-gesa menuju ke salah satu kantor di kawasan Jakarta. Hari ini ia akan mengikuti wawancara kerja. Fazri berharap bisa diterima bekerja di sana. Oleh karena itu, dia tidak mau terlambat datang ke kantor. Fazri memegang prinsip 'waktu adalah uang'.      Fazri melirik ke arah arloji hitam yang dipakai di tangan kirinya. Sekarang jam tujuh dan Fazri sudah sampai di kantor itu. Fazri bersyukur hari ini dia tidak terlambat. Wawancara kerja sebenarnya baru akan dimulai pada jam delapan. Tapi tak apalah, lebih baik menunggu lama daripada telat, pikirnya.      Sekelebat bayangan masa lalunya tiba-tiba muncul. Fazri kembali teringat akan sikap sangat tepat waktunya. Ketika bersekolah dulu, dia merupakan murid yang paling pertama datang ke sekolah. Masih sepi dan matahari masih malu-malu untuk menampakkan dirinya. Alasannya hanya karena dia tidak ingin terlambat. Alhasil, Fazri harus rela menunggu bel masuk sekol...

Kau, Buku, dan Perpustakaan

Aku masih mengingat jelas bagaimana raut wajah antusiasmu saat kita membahas perihal buku. Kau begitu bersemangat saat itu. Di sela-sela perbincangan, kau tersenyum lebar. Dan kala itu aku ingin meminta pertanggung jawaban karena senyumanmu telah memorakporandakan hatiku. Buku dan perpustakaan, kesatuan sempurna yang menjadi saksi bisu awal pertemuan kita.  "Jatuh cinta pada buku itu mudah. Kamu hanya perlu membacanya dan perlahan kamu akan jatuh sejatuh - jatuhnya pada tiap kata, kalimat, dan paragraf dalam buku tersebut ." Oh, hey, aku bahkan masih mengingat kata-katamu itu! Kau tahu? Kini kau benar, aku telah jatuh cinta pada buku kala aku membacanya. Pun aku telah jatuh cinta pada seseorang yang membawaku ke dunia buku. Yaitu kau. Tapi aku terlambat... Sebelum aku mengatakan itu semua, kau pergi tiba-tiba. Tanpa ada kata atau kalimat yang kau ucapkan, kau menghilang. Sekarang tidak ada lagi kita. Tidak ada lagi perasaan menggebu-gebu setiap kali pembahasan kita...

mengiri

terkadang aku iri dengan orang tuli mereka tidak harus mendengarkan suara bising setiap detiknya hanya ada keheningan yang tercipta di sinilah aku berada... di tengah-tengah kerumunan orang... di antara hiruk pikuk yang terdengar... kepalaku ingin pecah telingaku lelah mendengar suara-suara itu yang kuinginkan sekarang, pergi sejauh mungkin dan menyendiri